Pintar Menulis Itu Hebat, Menarik, dan Asyik!

Pintar Menulis Itu Hebat, Menarik, dan Asyik! - Kamu ingin pintar menulis? Ya, tentu ingin. Pintar menulis itu penting, malah sangat penting. Dikatakan sangat penting karena dimana-mana dalam kehidupan dewasa ini diperlukan kepandaian menulis. Jarang sekali dalam kehidupan kita yang luput dari aktifitas menulis.

Kalau kita jadi pedagang, kita perlu mencatat keluar masuknya barang dagangan. Terlebih pada jaman era digital seperti sekarang ini, pedagang yang tidak pintar menulis akan sangat kesulitan untuk mempromosikan barang dagangannya sendiri. Apalagi kalau kita menjadi guru atau bekerja di kantor, semua waktu kita lebih banyak terkait dengan masalah tulis menulis. Jadi, kalau demikian jelas sekali bahwa kita harus pintar menulis.
susah menulis, mulai berlatih

Tetapi, dalam kenyataanya tidak semua orang pintar menulis. Banyak kita jumpai orang yang tidak pintar menulis walaupun orang tersebut pernah mengenyam pendidikan formal. Mereka yang tidak pintar menulis disini maksudnya tulisannya tidak dapat dipahami oleh pembaca, atau ketika dia menulis, banyak sekali menggunakan waktu dalam menyelasaikan tulisannya. Selain lama atau banyak menggunakan waktu, juga banyak menghabiskan kertas, kopi, rokok :D Semua akan terbuang percumah kalau dia menulis sesuatu disebabkan dia tidak terampil menyampaikan gagasan ke dalam bentuk tulisan.

Kamu mungkin pernah melihat temanmu atau siapa saja di dalam lingkunganmu yang pintar berbicara. Tetapi kemampuan berbicara itu tidak sejalan dengan kemampuan dalam menulis. Contohnya, sebut saja teman saya namanya Anto, ia ketika berbicara hebat sekali. Banyak temannya yang suka mendengar ketika dia berbicara. Tetapi, dia memiliki kelemahan yaitu sulit dalam menulis. Ketika ada tugas dari Bos yang harus dilakukan dalam bentuk tuisan, biasanya dia akan kewalahan. Mengapa begitu?

Anto memang terbiasa berbicara karena dia mau berlatih berbicara. Dia selalu di depan ruangan jika ingin menyampaikan pengumuman. Pada awalnya dia juga sulit berbicara, tetapi karena dia rajin berbicara akhirnya dia fasih dan mampu berbicara. Namun dalam hal tulis menulis dia tidak rajin berlatih. Dia malas menulis apa saja, termasuk malas menulis tugas-tugas kantor.

Perlu kita ketahui bahwa keterampilan berbicara dan menulis itu merupakan keterampilan yang diperoleh melalui latihan yang terus menerus. Tanpa latihan tidak mungkin keterampilan itu diperoleh. Mana ada orang yang serta merta hebat berbicara di depan umum atau bisa jadi penulis tanpa melalui latihan yang lama (terkecuali orang-orang yang diberi Mukjizat oleh Allah).

Kalau kita ingin pintar berbicara dan menulis, tentu saja kita harus rajin berbicara dan menulis. Kalau ingin memperoleh suatu keterampilan tanpa mau berlatih, jelas merupakan suatu keingin kosong.
belajar menulis

Dulu saat saya masih di bangku SMA, pernah mempunyai teman, sebut saja Dina. Dia terlihat pintar dalam menulis. Pada majalah sekolah selalu ada tulisannya. Bahkan tulisan Dina sering saya jumpai di majalah remaja dan majalah anak-anak.

Bagaimana Dina bisa menulis bermacam-macam topik? Siapa yang mengajarinya? Sering sekali saya bertanya seperti itu kepada teman-teman saya. Dan pada akhirnya saya mendapatkan jawaban langsung darinya. Konon, Dina rajin membaca dan menulis. Dia tidak mempunyai guru khusus dalam hal membaca dan menulis. Gurunya sama saja dengan guru teman-teman satu sekolah. Mungkin yang membedakan Dina dengan yang lain adalah rajin, ya dia sangat rajin. Kalau ada pelajaran membaca dan menulis yang diberikan guru dikelasnya, dia selalu mendengar penuh perhatian. Selain itu dia selalu berlatih di rumah. Bermacam-macam buku yang telah dia baca.

Satu hal yang secara tidak langsung membuatnya menjadi penulis yang menurut saya pada jaman itu handal dibanding yang lain, dia senang mempunyai banyak teman. Bukan hanya teman di sekolah, tetapi teman yang dia dapat melalui sahabat pena. Dia mengirim surat (jaman dulu masih surat menyurat, email untuk kalangan atas.hehe) perkenalan kepada banyak orang di kota lain di Indonesia, bahkan juga bersahabat dengan orang yang berada di luar negeri. Dimana dia memperoleh nama dan alamat orang-orang itu? Ternyata dia mendapat nama dan alamat dari majalah dan surat kabar yang dibacanya. Karena terbiasa menulis kepada sahabatnya, maka kemampuan dalam menulis meningkat dengan tajam.

Banyak sekali penulis disekitar kita yang mempunyai kebiasaan seperti Dina. Mereka tidak kalah dengan malas, pantang menyerah untuk terus berlatih, berlatih dan berlatih menjadi penulis yang handal. Kalau mereka bisa menjadi penulis yang handal dengan kebiasaan yang sudah kita bahas tadi, kenapa kita masih menunggu mendapat mukjizat dari Allah seperti mengharap durian runtuh, langsung menjadi penulis handal tanpa mau berlatih dan bertahan dengan rasa malas?

Ayo berlatih menulis mulai dari sekarang!!!